Dewasa ini potret pendidikan di negara kita sangat memprihatinkan. Banyak kasus kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan Tanah Air kita. Dilansir Antara, sepanjang tahun 2019, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencata ada sebanyak 21 kasus kekerasan seksual, dengan jumlah korban sebanyak 123 anak di institusi pendidikan. Selain kekerasan seksual, kasus kekerasan berupa bullying juga kerap terjadi di sekolah. Selain membuat korban luka fisik, beberapa kasus juga menyebabkan korban mengalami depresi hingga bunuh diri.
Diantara sekian banyak kasus yang terjadi diantaranya adalah gugurnya seorang guru di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur awal Februari 2018 lalu. Peristiwa tersebut diduga akibat pukulan dari siswanya sendiri. Beberapa hari kemudian, muncul berita tentang kekerasan yang menimpa Kepala SMP 4 Lolak, Sulawesi Utara. Kali ini pelaku kekerasan dilakukan oleh orang tua siswa yang tersinggung akibat hukuman menandatangani sebuah pernyataan yang diberikan kepada anaknya. Kasus serupa juga pernah menimpa seorang guru di Gresik, Jawa Timur pada Sabtu tanggal 2 Februari 2019. Peristiwa tersebut terjadi di SMP PGRI Wringinanom Gresik. Pada saat jam belajar mengajar berlangsung, seorang siswa melakukan tindakan tidak hormat dengan memegang kepala, mendorong, serta mencengkeram baju sang guru.
Selain kasus diatas, beberapa kasus bullying yang terjadi di sekolah diantaranya adalah peristiwa bunuh diri yang dilakukan siswi SMPN 147 Jakarta, Cibubur, Jakarta Timur. Siswi berinisial SN itu meninggal dunia setelah melompat dari lantai empat gedung sekolahnya karena dibully oleh teman-teman sekolahnya. Di Malang, Jawa Timur seorang siswa SMPN 16 Kota Malang berinisial MS (13) harus rela kehilangan jari tengah tangannya karena mengalami kekerasan di sekolah. Kasus bullying juga terjadi di Purworejo, Jawa Tengah, seorang siswi SMP Muhammadiyah menjadi korban bully oleh tiga teman laki-lakinya. Dalam video yang sempat viral tersebut, korban mengalami kekerasan berupa pukulan, tamparan, serta tendangan dari tiga laki-laki tersebut.
Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan fenomena yang sangat miris dan memperihatinkan, karena institusi pendidikan seharusnya tidak hanya menghasilkan manusia cerdas, tapi juga menghasilkan manusia yang berkarakter. Bahkan karakterlah yang dipandang lebih penting dalam kehidupan manusia (Adian Husaini : 2012). Oleh karena itu langkah pemerintah dalam menjadikan pendidikan karakter dan adab menjadi tujuan pendidikan pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No. 20 tahun 2003 sudah tepat.
Berdasarkan paparan diatas, maka penulis megangkat judul bertema “Pentingnya Adab Sebelum Ilmu” yang banyak disampaikan oleh ulama-ulama islam terdahulu agar ilmu yang diperoleh dalam dunia pendidikan dapat bermanfaat di dunia maupun di akhirat.
Pembahasan
Dijaman modern seperti sekarang ini, kita sangat dimudahkan dalam menuntut ilmu baik secara langsung maupun tidak langsung, baik ilmu umum maupun ilmu agama. Proses belajar atau menuntut ilmu tidak terbatas hanya dalam lingkungan sekolah atau madrasah, tidak juga terbatas dalam waktu tertentu. Apalagi pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini belajar bisa dimana saja dan kapan saja. Dalam sehari bisa terdapat lebih dari lima webinar yang bisa kita ikuti secara daring jika kita mau dan mampu.
Kemudahan-kemudahan dalam menuntut ilmu tersebut diatas merupakan salah satu hikmah adanya pandemi Covid-19, dan itu sudah selayaknya kita syukuri. Akan tetapi kemudahan-kemudahan dalam menuntut ilmu tersebut jangan sampai membuat kita lupa tentang adab kita dalam menuntut ilmu walaupun itu dilakukan secara daring. Tidak sedikit orang yang mempunyai banyak ilmu, namun tidak mempunyai adab sama sekali. Yang lebih banyak lagi, kejadian terhadap mereka yang masih dalam proses menimba ilmu di tahapan dasar, namun sudah sangat kurang ajar terhadap gurunya.
Fenomena-fenomena seperti tersebut dalam pendahuluan menunjukkan bahwa orang tersebut miskin adab, terlebih adab dari murid kepada gurunya. Padahal para ulama sudah menjelaskan bahwa kedudukan adab itu ada diatasnya ilmu. Hal tersebut bisa kita lihat dari nasehat para ulama semisal Imam Malik Rahimahullah dalam kitab Tadzkiratus Sami wal Mutakallim fi Adabil Alim wal Muta’llim karya Imam Ibnu Jama’ah AsSyafi’i, beliau pernah mengatakan:
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.”
Atau mari kita renungkan bersama penyataan Ibnul Mubarak Rahimahullah yang mengatakan:
تعلمنا الأدب ثلاثين عاما، وتعلمنا العلم عشرين
“Kami mempelajari adab itu selama 30 tahun dan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Diantara adab murid terhadap guru dalam kitab Tadzkiratus Sami wal Mutakallim fi Adabil Alim wal Muta’llim karya Imam Ibnu Jama’ah AsSyafi’i diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Taat kepada guru
Hendaknya murid mengikuti kepada gurunya dalam berbagai urusannya dan tidak keluar dari pendapat maupun pengaturannya, akan tetapi keadaannya bersama guru seperti orang yang sakit bersama seorang dokter ahli dia bermusyawarah terhadap apa yang akan dilakukan, berusaha mencari ridhanya dalam sesuatu yang dikerjakannya, serta memuliakannya dengan berkhidmah kepadanya sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah.
b. Bersikap tawadhu’ dan tidak sombong
Hendaknya murid mengetahui bahwa merendahkan diri untuk gurunya adalah sebuah kemuliaan, menundukkan diri untuknya adalah sebuah kebanggaan, dan tawadhu’ kepadanya adalah sebuah ketinggian derajat.
Simak pekataan Imam Ghazali Rahimahullah berikut: “ilmu tidak akan diraih kecuali dengan ketawadhu’an serta mendengarkan dengan baik.”
c. Memuliakan guru dan beradab terhadapnya
Hendaknya murid memandang guru dengan pandangan penghormatan dan meyakini padanya derajat kesempurnaan, karena dengan seperti itu bisa lebih berpotensi untuk mendapatkan manfaat darinya.
Imam Syafi’i saat berguru kepada Imam Malik Radhiyallahu ‘Anhuma berkata: “Aku membuka lembaran dihadapan Imam Malik secara pelan-pelan sebagai bentuk kesegananku kepadanya, supaya tidak terdengar suaranya.”
d. Sabar terhadap sifat guru
Hendaknya murid bersabar terhadap sifat antipati (tak acuh) dari guru, atau perilaku yang tidak baik, dan hal tersebut tidak menghalanginya untuk tetap bermulazamah kepadanya serta kebaikan akidahnya.
Imam Syafi’i radhiyallahu ‘anhu berkata: “ada seseorang yang berkata kepada Sufyan bin Uyainah: orang-orang banyak yang mendatangimu (untuk menimba ilmu) dari berbagai belahan bumi, namun engkau memarahi mereka, khawatirnya mereka pergi dan meninggalkanmu,” lalu Sufyan bin Uyainah menjawab: “kalau begitu, mereka adalah orang yang bodoh sepertimu, jika mereka meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka hanya karena keburukan akhlakku.”
Selain adab-adab yang disebutkan diatas masih banyak lagi adab-adab yang harus dikedepankan murid terhadap guru saat menuntut ilmu yang dijelaskan oleh beberapa ulama salaf yang bertujuan untuk mendapatkan berkah dan manfaat dari ilmu yang diperolehnya.
Kesimpulan
Pendidikan adalah tentang masa depan. Pendidikan adalah tentang menyiapkan generasi baru. Pendidikan bukanlah membentuk, tapi pendidikan adalah menumbuhkan. Karena ia menumbuhkan, maka hal yang fundamental yang dibutuhkan adalah tanah yang subur dan juga iklim yang baik. Kalau kita membayangkan anak-anak itu sebagai bibit (biji), maka biji itu.. tidak kelihatan batangnya, tidak kelihatan akarnya, dan tidak kelihatan daunnya karena ia masih biji. Sehebat apapun sebuah biji, maka tidak akan kelihatan semua komponennya. [....] Karena itu, ketika berbicara tentang pendidikan maka bayangkan seperti kita menumbuhkan biji itu. Karena itu saya sering mengatakan jangan gunakan kata membentuk, apalagi kalau akhlak. Akhlak itu ditumbuhkan, karakter itu ditumbuhkan tidak bisa dibentuk. [....]. Sambutan Anis Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta pada acara Education Expo ASESI (Asosiasi Sekolah Sunnah Indonesia) ke-5 di TMII Jakarta pada tanggal 29 Oktober 2017.
Berdasarkan bahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan menuntut ilmu adalah untuk memperoleh kebaikan. Agama Islam sangat menjunjung tinggi ilmu, sehingga Allah Subhanu Wata’ala akan mengangkat derajat ahli ilmu beberapa tingkatan. Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu dalam prosesnya belajar atau menuntut ilmu perlu mengedepankan adab-adab penuntut ilmu agar ilmu yang diperoleh mendapatkan berkah dan bermanfaat untuk kehidupannya. Sehingga dengan memperhatikan adab-adab penuntut ilmu, maka tujuan pendidikan pemerintah dalam Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) tahun 2003 yaitu menumbuhkan pendidikan karakter dapat tercapai.
Daftar Rujukan
Muslim, Al-Kattāni, A. H., & Supraha, W. (2017). Konsep Adab Penuntut Ilmu Menurut Ibn Abd Al-Barr dan Relevansinya dengan Pendidikan Nasional. Jurnal TAWAZUN Vol. 10 No. 2. [online] https://www.researchgate.net/publication/332384247_KONSEP_ADAB_PENUNTUT_ILMU_MENURUT_IBN_ABD_AL-BARR_DAN_RELEVANSINYA_DENGAN_PENDIDIKAN_NASIONAL
Noor, S. M., (2020). Adab Murid Terhadap Guru. Terjemah Kitab Tadzkirotus Saami’ Wal Mutakallim fii Adabil ‘Alim Wal Muta’allim karya Imam Badruddin Ibnu Jamaah Al-Kinani Asy-Syafi’i. Rumah Fiqih Publishing
https://m.akurat.co/id-1005280-read-5-aksi-kekerasan-di-sekolah-ini-bikin-ngelus-dada-terbaru-siswi-smp-dianiaya-3-siswa
https://jendela.kemdikbud.go.id/v2/fokus/detail/kasus-kekerasan-terhadap-guru-mengapa-terjadi